Kamis, November 13, 2008

Long Trip to Manis Mata - Ketapang Part I

kapuas sunset

Jum'at siang, minggu yang lalu, aku sedang tenggelam dalam rutinitas pekerjaan yang makin hari bisa membuat ketajaman otakku semakin tumpul, perekaman data. Nggak ada yang beda, biasa-biasa aja, nothing special. Sampai aku dengar Alpan memanggilku dari arah meja telepon di depan ruang Kepala Seksi.

“Mas Mahadhir, telpon nah.”

“Siapa?” tanyaku memastikan.

“Tau tuh, dari Ketapang, nanya PWPM - (Pendaftaran Wajib Pajak Massal )-, bingung aku, muter-muter ngomongnya,” Alpan menjawab sembari kembali ke meja kerjanya.

Aku menyambar gagang telepon yang sebelumnya dibiarkan menggantung oleh si penjawab telepon barusan.

“Halo, dengan Mahadhir disini, ada yang bisa dibantu?”

“Selamat siang Pak Mahadhir, ini dengan Frans, dari PT HSL Ketapang, mau bertanya masalah PWPM pak,” suara seorang laki-laki, aku perkirakan usianya sekitar 40-45an lah. Sepertinya pakai telpon satelit, karena terdengar seperti ada delayed 1 sampai 3 detik sampai dia menjawab kalimatku.

“Iya, silahkan pak,” yang ditanyain emang pas banget sama kerjaan dan tanggung jawabku sekarang.

“Kita ada sekitar 6000-an karyawan nih pak, kira-kira syarat2 yang diperlukan untuk membuat NPWP secara kolektif apa aja ya pak?”

“Ohh… itu nggak banyak kok pak, cuma surat permohonan, daftar karyawan, sama melampirkan fotokopi masing-masing karyawannya pak.”

“Lalu surat nya ditujukan pada siapa pak?” tanyanya lagi.

“Ke kepala kantor saya pak, tapi di amplop suratnya tulis aja nama saya, jadi nanti langsung diserahkan ke saya, biar nggak ribet. Mmm… tapi berapa tadi pak jumlah karyawannya? 6000 ya?” aku bertanya memastikan, gilaa… kalo 6000 trus cuma aku sama Alpan aja yang rekam datanya, bisa nggak selesai2 tuh kerjaan.

“Iya pak, sekitar segitu lah pak, 6000-an karyawan,” waduh… mati laahhhh….(Upin dan Ipin Mode On)

“Wah, banyak juga pak ya. Mmm… gini pak, mungkin kalo bapak bisa ngusahain, biar karyawan bapak aja yang rekam datanya, soalnya kalo sebanyak itu saya takutnya lama tuh selesainya pak, karena ada dari perusahaan lain juga kan yang ngajuin NPWP kolektif.

“Ohh.. bisa pak bisa, jadi gimana pak caranya?” Wah, syukurlah, WP yang satu ini kooperatif, mau dimintain bantuan, walaupun sebenarnya menurut aturan, memang masing-masing perusahaan lah yang harusnya merekam data karyawannya, tugasku cuma nerbitin nomornya aja.

“Gini pak, karyawan bapak suruh datang ke kantor kita, nanti saya ajarin cara ngerekamnya, nti kalo dah selesai baru hasilnya dikasih ke saya lagi pak,” siipp.. beres deh, kalo gini kan nggak ribet, nggak pake capek, n nggak pake lama.

“Waah..tapi kita lokasinya di Manis Mata nih pak, agak sulit pak kalau karyawan saya yang kesana, bagaimana kalau perwakilan dari kantor bapak aja yang kesini, Pak Mahadhir mungkin bisa?”

Waduh, bisa ribet nih urusannya, lokasi nya jauh banget tuh. Mana anggaran juga lagi nggak ada. Dengan sopan aku menolak,

“Oh maap sebelumnya nih pak.. kalau bulan Nopember ini belum bisa pak, karena anggaran SPPD kantor kita sudah kosong.”

Ya emang kosong sih, bukannya aku nggak mau. Minggu lalu aja pegawai Operator Console di kantorku berangkat ke Jakarta dengan biaya sendiri, emang sih tahun depan janjinya bakalan digantiin, tapi kan tetep aja pake uang pribadi dulu. Nah aku yang baru aja mudik 2 minggu yang lalu, mana punya simpanan lagi, masak mau ngutang, bah yg bener aja.

“Tenang pak, nanti semua biaya transportasi dan akomodasi dibiayai perusahaan kami, jadi bapak tinggal datang aja, semua ditanggung pak, bagaimana?” bapak itu memberikan solusi, dengan nada yang sangaaatt tenang, mungkin dia udah pengalaman ngadapin situasi kayak gini.

Hmm… bisa dipertimbangkan nih, karyawannya banyak, lumayan bisa bantuin ngejar target yang udah dibebanin. Aku pun mengiyakan, namun tetap dengan perhitungan yang cermat dan diplomasi tingkat tinggi.

“Kalau itu nanti saya tanya dulu dengan atasan saya pak, bapak bisa hubungi saya sekitar setengah jam lagi lah, dan kalau bisa saya minta surat permohonannya juga, di fax aja ke kantor saya ya pak, supaya nti ada dasar buat surat tugasnya.Gimana pak?”

“Oke pak, baik, nanti saya buat surat nya trus saya fax kesana, terima kasih Pak Mahadhir, slamat siang…”

“Sama-sama Pak Frans, s’lamat siang.”

Bagus lah kalau memang dibiayain. Emang sih tugas negara, tapi kalau anggaran dari negara untuk bepergian sudah habis, apa iya aku harus nombok sendiri? Asal sesuai prosedur, atas izin atasan, dan nggak merugikan negara, aku rasa nggak ada yang salah.

Setelah mengurus surat tugas, akhirnya aku jadi juga ditugaskan berangkat ke Manis Mata. Bagi kamu yang belum tau dimana tempatnya, Manis Mata itu salah satu kecamatan di Kab Ketapang, Propinsi Kalbar, yang berbatasan langsung dengan propinsi Kalteng. Ini pengalaman pertamaku ke Manis Mata, dan yang aku dengar, kalau kesana harus naik pesawat tujuan Pangkalan Bun-Kalteng-, yang nantinya bakal transit dulu di Ketapang-Kalbar-, trus lanjut naik speedboat ke Kotawaringin Timur-Kalteng-. Dari sana baru lanjut transportasi darat menuju Manis Mata-Kalbar-, tempat perusahaan perkebunan kelapa sawit itu beroperasi.

Besok pagi jam 08.00 WIB -hari ini sebenarnya, karena ini udah lewat tengah malam- aku berangkat dari bandara Supadio. Berdua dengan Anton, kebetulan pihak perusahaan meminta agar sekalian diadakan sosialisasi perpajakan, dan Anton ditunjuk untuk memberikan penyuluhan. Disana nanti, selain mengajarkan aplikasi perekaman data, yang mungkin juga malah aku sendiri yang membantu merekam data, aku juga langsung mencetak kartu NPWP, makanya aku bawa mesin pencetak kartunya, seperti pencetak kartu ATM yang ada di dompet kalian. Total 1000 kartu aku bawa, karena setelah aku tanya, ternyata pegawai tetapnya bukan 6000, nggak sampai 1000 malah, yang lain hanya pegawai harian.

Aku juga mesti bawa laptop, wajib dunk, gimana mau kerja kalau nggak pake gadget kesayanganku ini. Nggak lupa juga, pinjem handycam ama Om Ratno, buat foto-foto n video-video, hehehehe. Tiket udah di tangan, Indonesia Air Transport, date 14/11, time 8.00, flight 6UT, status OK.

Jadi, aku bakalan OFFLINE sampai hari minggu nanti. Insya Alloh, kalo dah balik, aku bawain oleh-oleh cerita berikut foto-fotonya. See ya….Bonaventura…...


1 komentar:

  1. Weis... kren banget ini tampilan blognya seperti buku tulis, mantep banget dan seninya cukup bagus buat di ikuti. Salam kenal dari saya.
    de-Ro

    BalasHapus