Jumat, Oktober 31, 2008

Lintang : Sebuah rekayasa karakter...

Waktu pertama baca aja, aku yakin kalo nie tokoh cuma rekaan Andrea doank, dramatisir sebuah novel, supaya mengena di hati pembaca, pemikiran yg lebih ekstrim lagi dr ku, Lintang itu kemungkinan adalah temen khayalannya Andrea, sementara Andrea sendiri lah yang mengalami apa yg ia ceritakan dialami oleh lintang.

Dan menurut pengakuan keluarganya, waktu kecil, panggilan Andrea bukanlah Ikal, seperti yg selama ini kita percaya.

Mau tau lagi? Tokoh bernama Floo gak sepenuhnya nyata, karna yg sebenarnya bersekolah di SD Muhammadiyah adalah kakaknya.

A Ling? Setali tiga uang, aku gak yakin kalo ada tokoh ini, seperti novel2 lainnya yang dibumbui dengan cinta, maka cerita tentang ikal dan A Ling pun murni rekayasa. A Kiong sendiri tidak mengakui kalau dia punya saudara sepupu bernama A Ling.

Mau tau apa jawaban sisa anggota LP dan bu Mus jika ditanya tentang keberadaan Lintang?
Mereka menjawab : Kalau itu, tanya pada Andrea...
Mau tau jawaban Andrea?
Andrea menjawab: Rahasia donk...

Mau tau pendapat ku tentang film Laskar Pelangi?
Sangat jauh dari harapan, untuk menonton vcd nya pun aku gak akan berminat lagi.
Mungkin aku saja yang overestimate, harapan ku terlalu tinggi mengingat produser dan sutradara film ini sangat mumpuni, dalam kaca mataku.

Nah...yang bikin aku risih, Tora Sudiro miscast banget, dipaksain, kayak gak ada aktor lain aja, apa gak capek tuh tukang make upnya nutupin tatto nya Tora yang bejibun. Trus terlalu banyak artis2 papan atas juga yg menurutku terlalu berlebihan.

Tapi aku tetap memberi apresiasi untuk acting pemeran Lintang dan Mahar. Jujur, mereka berdua lah yang membuat film ini hidup, Mahar utamanya, dan untuk Harun, anak cacat mental ini berhasil membuat film ini sedikit renyah. Salut untuk anak2 aseli Belitong yg belum pernah menyentuh dunia perfilman nasional ini.

Akhirnya aku hanya bisa berharap akan hadir lagi karya seni dan sastra berkualitas dari anak2 bangsa ini. Dan tentu saja, kritik tak akan berakhir hanya sampai disini.

Jayalah negeriku, bangkitlah bangsaku, Harapan itu masih ada!