Kamis, Agustus 12, 2010

Istiqlal: Masjid Panutan Milik Republik


Malam ini malam pertama bagi kita
Untuk mencurahkan rasa rindu di dada

(Haji Rhoma Irama – dengan sedikit editan)


Lirik lagu sang legenda dan idola ane kayaknya pas banget dah buat melukiskan keindahan pertemuan dengan malam pertama bulan Ramadhan. Walaupun masih harap-harap cemas (g cemas jg sih...) menunggu pengumuman resmi dari pemerintah, tapi ya tetep nekat aja melaksanakan niat awal bersafari dari Masjid ke Masjid dengan semangat 45. (Ehmm... mumpung bentar lagi 17 Agustusan kan).

Nah, sebagai pembuka yang cukup dramatis, saya memilih Istiqlal sebagai tujuan utama safari Ramadhan kali ini.
.... .... ....
Walaupun bukan lagi sebagai Masjid terbesar di Indonesia (rekor masjid terbesar se-Asia Tenggara saat ini dipegang oleh Masjid Islamic Centre Samarinda, kota asal saya tuh ^_^), namun Istiqlal punya makna tersendiri di hati saya.

Sejak kecil, saya selalu terkagum-kagum dengan megahnya Istiqlal, yang waktu itu cuma bisa saya liat di tv pas ada siaran langsung Sholat Ied, atau ceramahnya da’i sejuta ummat KH. Zainuddin MZ. Saya membayangkan, masjid ini pasti bersejarah sekali, sampai-sampai setiap tahun, pemimpin republik menyempatkan diri sholat ied bersama utusan negara-negara yang lain. Pasti akan membanggakan jika saya bisa sholat disana juga, walaupun bukan sebagai siapa-siapa.

Sempat ketiduran dan merasa gak enak badan, saya memaksakan badan untuk bergerak dan memulai perjalanan pukul 16.45 dati Bintaro, daerah kos saya. Sebenarnya gak terlalu jauh mencapai masjid Istiqlal yang berlokasi di bilangan Lapangan Banteng itu. Tapi karena traffic pas lagi padat-padatnya, ditambah saya yang masih lupa-lupa ingat sama jalur ibukota, saya tersesat hingga ke Kebon Jeruk bahkan ke arah Jakarta Barat. Macet disana-sini, bahkan sempat tertahan setengah jam hanya di satu perempatan, tak ada polisi yang mengatur, mungkin rekan2 petugas lagi siap2 mau tarawih juga ^_^. Alhasil, saya baru menginjakkan roda motor di halaman parkir Istiqlal tepat saat muadzin mengumandangkan adzan Isya. Jadilah saya menjamak sholat maghrib.

Ini bukan kali pertama saya menginjakkan kaki di Istiqlal, tahun lalu, saya pernah singgah ngAshar juga disini, tapi karna kali ini momennya malam pertama Ramadhan, suasananya jadi beda, ramai kali. Penuh sampai koridor luar.

Masjid panutan

Tak salah jika Istiqlal menjadi kebanggaan pemerintah. Di tengah maraknya perbedaan aliran-aliran dalam umat Islam mengenai rakaat sholat tarawih 8 atau 20 rakaat (yang memang gak perlu diperdebatkan), amir Masjid mengakomodasi keinginan masing-masing jamaah. Yang memilih 8 rakaat, setelah 4 x salam masing2 2 rakaat, dilanjutkan dengan witir 3 rakaat, saat witir ini, jamaah yang memilih 20 rakaat dipersilahkan beristirahat sejenak. Kemudian saat jamaah 8 rakaat pulang, sholat dilanjutkan dengan imam dan bilal yang berbeda, hingga genap 20 rakaat, kemudian witir lagi.
Enak banget ngeliatnya, tenang, gak perlu ribut mempermasalahkan perbedaan. Cukup saling menghormati saja, dan memberikan keleluasaan masing-masing untuk memilih. Coba semua masjid disini bisa seperti itu ya, kan bagus.

Pembangunan Istiqlal diawali oleh gagasan Menteri Agama Wahid Hasyim, KH. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto dan Ir. Sofwan pada awal 1953 yang menyebabkan berdirinya Yayasan Istiqlal. Ide ini kemudian didukung oleh Presiden Soekarno, yang kemudian mengetuai Dewan Juri Penilaian sayembara maket masjid Istiqlal. Ir. Soekarno bahkan sempat menjadi kepala bagian tekniknya.

Pemenang sayembara adalah seorang arsitek beragama kristen, Frederich Silaban. Ia adalah salah satu lulusan terbaik dari Academie van Bouwkunst Amsterdam tahun 1950. selain membuat desain masjid Istiqlal ia juga merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.
Untuk menyempurnakan rancangan masjid Istiqlal, F. Silaban mempelajari tata cara dan aturan orang muslim melaksanakan shalat dan berdoa selama kurang lebih 3 bulan dan selain itu ia juga mempelajari banyak pustaka mengenai masjid-masjid di dunia. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ir. Soekarno sendiri pada tanggal 24 Agustus 1961, bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam.

Akhirnya, setelah sempat tertunda karena berbagai macam kendala, termasuk peristiwa Gestok (Gerakan Satu Oktober), pembangunan keseluruhan komplek masjid selesai dalam kurun waktu 17 tahun (jauh lebih cepat daripada perencanaannya yg diperkirakan 45 tahun), dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 22 Pebruari 1978. Namun sebenarnya, bangunan utama sudah selesai setelah 6 tahun, tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1967, adzan maghrib pertama berkumandang di angkasa ibukota.

Malam ini direncanakan Menteri Agama akan memberikan kultum sebagai pembuka rangkaian kegiatan di Masjid Istiqlal selama Ramadhan. Namun karena tugas beliau sebagai menteri yang harus mengumumkan awal dimulainya bulan puasa, kehadiran beliau digantikan oleh dirjen Bimas, yang memerikan ceramah dengan tema meraih ampunan dengan memperbanyak tangis di bulan yang penuh berkah ini.

Alhamdulillah, mudah-mudahan ada manfaat bagi saya pribadi dan bagi pembaca sekalian. Sedikit saran, jika hendak melakukan safari tarawih ini, ada baiknya kita membawa tas yang berisi, 1 botol air mineral, baju ganti, mushaf, jaket/jas hujan, dan keperluan lain yang dirasa penting. Jangan lupa juga menyisihkan sedikit infaq (kalau bisa jumlahnya digandakan daripada hari2 biasa) untuk keperluan kegiatan masjid.

Wallahu’alam bisshowab.

Rabu, Agustus 11, 2010

Para Pencari Takjil


Alhamdulillah, berjumpa lagi kita dengan bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah, dimana di dalamnya terdapat, ampunan, hidayah, serta jutaan manfaat lainnya yang bisa kita rengkuh selama 1 bulan penuh.

Ramadhan kali ini, saya ingin sedikit berbeda dengan tahun2 sebelumnya. Yaa mestinya emang gitu, ada peningkatan dari Ramadhan2 yang lalu. Ya kan ya??
Apanya yang beda?
.... .... ....

Kalo bulan Ramadhan, pan banyak tuh ibadah-ibadah yg bisa kita jabanin, mulai dari yang ilahiyah macam tarawih, tadarrus, tadabbur, tahajjud, sholat2 sunnah, sampe ibadah kemanusiaan, sedekah, menyediakan berbuka, zakat, mengajar agama, berdakwah, menulis dan menyebarkan hal2 bermanfaat, dan tentu saja, silaturahmi.

Nah, dalam rangka silaturahmi, ane mau ngelakuinnya sambil seneng2 gan. Kita tentunya sudah sering mendengar julukan kota Jakarta sebagai Kota Seribu Masjid. Mumpung aye di jakarta neh, dan mumpung ada fasilitas transportasi, saya berniat melakukan safari Ramadhan dari Masjid ke Masjid, mulai dari sore menjelang buka puasa, hingga selesai tarawih. Tentunya sambil menggali informasi tentang Masjid yang saya kunjungi nanti. Kalo kawan saya bilang: “Itu sih PPT bang... Para Pencari Takjil.”
Hehe8x. Begitu ya. Entah apa lah namanya. Saya sendiri pun tak tahu adakah nilai ibadahnya. Niat saya, ingin bersilaturahmi dan mengenal kota Jakarta saja. Mudah-mudahan tak ada kesan ujub dan riya saat melaksanakan niatan ini. Dan hanya Allah lah tempat hamba menyembah dan memohon pertolongan.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Al-Hujurat 13)

Selasa, Agustus 03, 2010

Uhh....

Mulai belajar nulis lagi... belajar nulis tiada henti, Hidup itu adalah belajar, karena kita belajar untuk hidup

Sabtu, Februari 27, 2010

Mencari semangat!!!

Huff... udah mau ujian, tapi masih belum mulai belajar juga.... need some help....