Jumat, Agustus 22, 2014

Cobaan

Ini sungguh kebalikan dari posting sebelumnya
Hari ini bener-bener ujian buat gw. Mungkin sampai seminggu ke depan. Sepertinya semua penjuru mata angin sedang mengarah ke kepalaku, menusuk-nusuk pikiran.
Begitu banyak hal yang harus dikerjakan, harus diselesaikan, dalam waktu yang berhimpitan, dengan fisik yang punya keterbatasan, dan butuh dana yang cukup signifikan.
Lari kemana harus cerita?
Terbang kemana untuk meminta?
Bahwa ini hanya dunia.

Senin, Agustus 18, 2014

Hectic

Kemaren itu, semua planning yg gw susun tertunaikan dgn cemerlang. Setelah 2 hari weekend gw nyari freezer murah meriah berkualitas gak dapet2 juga, padahal udah ngiterin carrefour, giant n lotte terdekat, akhirnya Senin pagi ada kabar gembira untuk kita semua.
Berangkat kantor dgn mobil jam 7 itu resiko. Pertama, macet. Kedua, razia 3 in 1. Alhamdulillah masih bisa sampai kantor di waktu flexy. Dan untungnya mobil gw mobil dinas kantor, jarang ada petugas yg mau susah2 nyetopin mobil dinas buat diperiksa surat2nya.
Nyampe kantor gw langsung kerja (fitnah banget ini mah). Browsing. Nyari freezer via internet solusi alternatif kalo udah malas muter2 jakarta lagi.
Halaman 1 mbah google langsung rekomendasiin OLX.com. ada freezer Polytron 200L seharga 1,6 juta. Gile bener nih. Padahal harga normalnya 2,8juta.
Usut punya usut, ternyata ini barang reject. Lu tau kan? Barang rijek itu, barang cacat produksi pabrik yang mestinya gak boleh dijual. Biasanya karena ada lecet, gores, penyok bodynya.
Gw yang udah pengalaman beli barang rijek pas di pontianak dulu, langsung kepincut.
Bayangkan, di tahun 2005, kulkas seharga 1,5juta bisa gw beli se 500ribu doank. Dan cacatnya cuma lecet segaris 5cm. Dalam masih mulus, fungsi masih tokcer. Bahkan sampai hari ini, kabarnya kulkas itu masih awet berfungsi, kata OB yg gw sumbangin itu kulkas pas pindah ke jakarta.
Insting gw, ini freezer bisa jadi 11-12 lah dgn kulkas itu. Gw telpon lah kontaknya. Janjian COD di bengkel dia yg rupanya di Harapan Jaya bekasi sana. Ngabur lah kan ya kita dari kantor. Tulis2 buku ijin keluar. Untung jam 9 pagi arah Bekasi kan lancar jaya ya. Alhamdulillah jam 12 udah balik kantor lg dengan menggendong 2 freezer. Temen gw nitip 1. Ngeri bro orang pajak bro, beli freezer kayak beli permen, main titip2 aja.
Dan seperti prediksi, freezernya berfungsi baik, dinginnya cepet, dengan kondisi badan yang penuh luka kayak habis disayat2 psikopat. Ya gak apa2, toh kita gak butuh tampak luar. Apa gunanya cantik badan tapi tak cantik hatinya dek? (Curcol)
Lepas lohor n makan siang, gw mesti ke BSM. Deposito gw jatuh tempo 17 agustus. Karena merah, mesti ambil 1 hari setelahnya. Kalo gw telat sehari aja, deposito gw diperpanjang otomatis. Nyesek lah kan ya nunggu 6 bulan lagi.
Pergi lah ke BSM, speak2 dikit dengan mbak CS nya, cairlah ya deposito kita. Sampe kantor, kerja dikit2 lah kita, follow up disposisi, pura2 ngetik pencitraan di depan bos. Sok sibuk buka2 amplop surat. Masukin 1 verbal yg sebenernya udah siap sejak kapan taun.
Jam setengah 5, mobil dibalikin temen. Karena pagi tadi abis angkut2 freezer, jadi lah itu mobil dalam kondisi kayak kapal dipecahin sepasang suami istri yang lagi berantem gegara rebutan channel antara mau nonton bola atau opera sabun korea.
Hmm, setengah jam, cuci aja lah ya kita di SCBD. Nyampe di SCBD, ada sedan lagi nyangkut di tengah2 pencucian otomatis, bodinya terlalu ceper. Mati laahhh. Makin lama nih. Padahal sore ini jam 5 sudah janjian sama akhwat2 cantik mau datang ke seminar supermentor3. Mosok abang ganteng kayak gw kagak bisa ngerawat mobil dinas, malu kan ya.
Negolah sama petugas cuci mobil. "Bang, di vacuum aja mobil saya dalamnya, luarnya biarin aja debu. Yg pentingkan hatinya dek, apalah arti tampak luar yg mentereng kalau hatinya masih misteri?" Aih curcol lagi si abang.
15 menit vacuum selesai.
Jam 5 nyampe kantor, naik ke lantai 4 nampakkan muka ke bos. Biar dikira selalu ada di kantor dari jam 8 sampai jam 5. Cuci2 muka, rapih2 dikit. Menuju tempat janjian. Alhamdulillah semua penumpang hadir di waktu yg mepet sesuai janji.
Sampai di lokasi Supermentor, gampang nyari parkiran, gampang nyari nama di list registrasi, kebagian kursi yang agak di di depan, gak ngantri wudlu pas maghriban, dikasih roti sama teman baik pas lagi kelaperan, pulang jam 10 dengan semua tanggungan aman nyampe kediaman masing2.
Selesai?
Belum masbro n mbaksis. Gw ada janji jemput abang gw di hotel yg lagi ketemuan sama iparnya, kepala desa yg baru aja ikut upacara 17 agustusan di istana negara n ramah tamah bareng presiden. Alhamdulillah, Desa Embalut Kukar tempat tugasnya dapat juara 4 lomba desa seIndonesia.
Nyampe hotel, duduk bentar ambil napas di lobbynya. Dan akhirnya nyampe juga di rumah jam setengah 1 dini hari.
Semua rencana terlaksana.
Dan pagi ini, demam n pilek melanda. Ini sebuah konsekuensi, bahwa fisik ada batasnya, beda dengan rencana yang penuh di kepala. Mohon doanya biar sehat lagi ya.
Kamu juga baik2 disana cinta, jangan telat makan, jangan kecapekan, jangan begadang. Nanti aku jemput kamu pada waktu indahnya.
Salam.
NB: Thanks buat Hijaz atas infonya bout Supermentor3.
Buat Olif, Zulfa, Refi, Anggit makasih udah meramaikan perjalanan pergi n pulang Supermentor3.
Buat Enge yg dapat kursi di luar, sabar yah dek.
Buat Dodo n Teguh, makasi udah bantu jadi kuli angkut freezer. :) Tiada keringat tanpa kehadiranmu.
Buat Abang Roman, maaf ye jemputnya kemaleman. :)
Okesip.

R.E.S.P.E.C.T.

Could you give me some?

Kamis, Agustus 14, 2014

Terima Kasih Bang Iwan

Aku adalah penggemar Iwan Fals. Hampir semua lagunya yang pernah kudengar, selalu punya makna yang dalam. Untukku pribadi, baik karena begitu benarnya lirik yang ia teriakkan. Atau karena lagi sesuai dengan kondisi hati.

Misalnya di lagu Hadapi Saja, lagu yang menceritakan hati bang iwan yang kembali tegar setelah ditinggal Galang anaknya. Ya. Hadapi saja. Pasrah pada Ilahi. Hanya Itu yang kita bisa.

Atau teriakan protes di lagu Bento, Bongkar, Surat Untuk Wakil Rakyat, Sugali, Hio dan teriakan2 marjinal di lagu lainnya. Kalo boleh aku menasbihkan, harusnya Bapak Reformasi mestinya disematkan buat Bang Iwan.

Kalo lagi kangen dengan rumah, aku bisa sampai menangis-nangis memetik gitar sambil melantunkan lagu Ibu. Lagu yang tak pernah selesai kunyanyikan tanpa berlinangan air mata.

Terima kasih Bang Iwan. Untuk lagumu. Untuk teriakanmu. Untuk suara serakmu. Untuk segalanya.

(MP3 Player yang kusetel random, saat ini baru saja memulai intro lagu IBU, ah...)

Lalu doa-doa, baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas
Ibu

Aisyah

Di realita, sosok ini begitu mengerti
Tapi mimpiku sulit kukendali
Harusnya kamu yang tau diri
Jangan masuk mimpiku lagi

Bahwa cinta memang hanya kita berdua
Tapi komitmen yang kompleks ini menyeret-nyeret hati kita untuk mengerti apa pun mau mereka

Lingkaran hidup akan mengetuk sadar kita
Kadang menjadi utama, tak jarang dinomordua
Hingga akhirnya cinta yang sama bersua

Cinta yang saling mengisi, menjaga
saling membutuhkan, mendoakan
Bahwa aku merasa mati
Jika tak ada kamu
Pun kamu begitu

Semoga jika sudah
PadaNya lah akhir cinta kita bermuara
Pada pertemuan kembali sesudahnya
Yang abadi, yang selamanya
Surga

Selamat tidur sayang
Dimanapun kamu berada malam ini
Aku akan menjemput dalam doa sepertiga malam
Dan pada kenaikan matahari

Kebayoran, 13 Agustus 2014

Rabu, Juli 16, 2014

Galau

Hidup kita, adalah milik kita sendiri.
Musuh kita, adalah diri kita sendiri.
Tak ada orang lain yang lebih tau siapa diri ini, apa yang kita butuhkan
Tak ada orang lain yang lebih mengerti, apa yang harus kita raih.
Tak ada orang lain yang berhak atas kebahagiaan kita, kecuali kita sendiri.
Istafti qolbak. Tanya hatimu. Muhasabah. Introspeksi. Bercermin.
Insya Allah kelak, akan kita temukan jawaban akan gelisahnya hati.

Minggu, Juli 06, 2014

Surat Untuk Calon Presiden

Surat untuk Calon Presiden

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Salam sejahtera.
Kepada Ayahnda Prabowo Subianto dan Ayahnda Joko Widodo.

Sebelumnya saya minta maaf, anak bangsa yang minim pestasi ini demikian lancang menulis dan meletakkan harapannya di pundak ayahnda sekalian.

Sejak pertama kali mengenal proses pemilihan umum tahun 1992 di usia 8 tahun, menurut saya inilah pemilihan umum yang paling banyak melibatkan perhatian, komentar, emosi, dan harapan seluruh elemen bangsa kita.

Rekan-rekan saya memang banyak yang apatis dan mencemooh kami yang rajin berkomentar di media sosial tentang proses pemilu yang sedang berlangsung 3 bulan terakhir ini. Mereka menyayangkan terpecahnya rakyat menjadi kubu-kubu yang saling mengelukan, menjelekkan, menyebar fitnah, dan membela jagoannya masing-masing.

Sedang menurut saya, justru ini merupakan momen yang baik untuk membuka mata rakyat bahwa satu suaranya berperan penting dalam menentukan harga beras esok hari. Pilihannya ikut menetapkan besarnya tarif pajak yang harus ia bayar. Keikutsertaannya dalam pemilu merupakan penentu posisi NKRI dalam rangka ikut melaksanakan ketertiban dunia. Tak pernah saya liat dan baca pemberitaan mengularnya antrian pemilih di TPS Luar Negeri kecuali hari ini. Saya bangga, terharu dengan antusiasme rakyat Indonesia dalam pilpres kali ini.

Ayahnda sekalian yang saya banggakan.

Sistem demokrasi yang kita laksanakan hari ini menasbihkan bahwa ayahnda berdua adalah putra terbaik bangsa yang akan kami pilih tanggal 9 Juli nanti, untuk menentukan masa depan kami. Betapa takjub saya melihat dalam debat-debat ayahnda berdua. Masha Allah. Negara yang saya cintai ini tak pernah kekurangan pemimpin. Saat menonton debat di TV, saya melihat sosok-sosok yang capable, mampu, pantas, dan brilliant untuk menjadi pemimpin, Presiden NKRI.

Dari Ayahnda Prabowo, saya belajar memikirkan hal-hal besar untuk bangsa. Memimpikan kejayaan dan kemandirian bangsa. Saya optimis negara kita mampu bersaing dengan negara-negara besar seperti Tiongkok, Rusia, Brazil, bahkan Jerman atau Amerika.

Dari Ayahnda Jokowi, saya belajar bagaimana seorang pemimpin memperhatikan kebutuhan rakyat sedetil-detilnya, mendengarkan keinginan langsung dari rakyat dengan blusukan. Memperhatikan rakyat hingga ke pelosok desa.

Dari Ayahnda Prabowo, saya jadi tahu bahwa selama ini kita terlena dengan pembangunan yang ada, sementara kebocoran potensi anggaran terjadi setiap tahun. Potensi pajak masih banyak yang belum terjamah. Masih ramai rakyat yang secara sadar berusaha menghindari kewajibannya menyumbang pada negara, menjadi patriot bangsa. Detik demi detik, kekayaan alam bangsa kita habis tersedot penambang asing. Hari demi hari, uang pajak rakyat habis tergerus korupsi dan suap perampok negeri.

Dari Ayahnda Jokowi, saya mengetahui bahwa kerusakan dan kebocoran negeri kita bisa kita perbaiki bersama melalui sistem dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang rinci, dan pengawasan terus menerus. Bahwa penyelenggaraan negara harus direvolusi dengan mengedepankan teknologi, mengandalkan programmer handal anak bangsa sendiri, dan membuat aplikasi menyederhanakan birokrasi.

Dari Ayahnda Prabowo, saya belajar menjadi pemimpin yang mengakui keunggulan rekan diskusi, membenarkan yang benar, menyalahkan yang salah, menyetujui program yang baik, mengkritisi program yang kurang tepat. Saya belajar untuk menjadi pemimpin yang mengakui kelemahan dan kesalahan dengan introspeksi diri. Bahwa dalam diri ini, bisa saja ada “maling” yang menggerus kebaikan yang telah diperbuat. Ada saja sifat pamer yang merusak pahala ibadah yang sudah khusyuk tertunai.

Dari Ayahnda Jokowi saya belajar mengenai arti kesederhanaan, tampil apa adanya dalam berpenampilan, dan ketulusan dalam berbakti untuk rakyat. Saya belajar untuk mengejar mimpi di tengah keterbatasan yang kita miliki. Tidak berkecil hati meski dari keluarga yang biasa-biasa saja, bukan siapa-siapa, bahkan berasal dari desa.

Dari Ayahnda Prabowo, saya belajar bangkit dari kejatuhan dan keterpurukan. Dari Ayahnda Jokowi, saya belajar meniti sukses dari titik nol.

Ayahnda yang saya cintai...

Ayahnda sekalian adalah putra terbaik bangsa. Sekiranya kami bisa, ingin rasanya menyandingkan Ayahnda  berpasangan menjadi pasangan terbaik pemimpin bangsa. Kalau dipasangkan tentu bisa menjadi “Prabojo” atau “Jokowibowo”. Tapi akhirnya kami harus memilih salah seorang dari Ayahnda.

Oleh karena itu Ayahnda, izinkan kami menyampaikan harapan-harapan seusai pilpres nanti.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih...

Kami mohon, Ayahnda menjaga persatuan bangsa, dengan merangkul semua pihak, dan mengingatkan pendukung-pendukung Ayahnda agar tidak jumawa dan bersenang-senang terlalu gembira. Kami mengharapkan adanya rekonsiliasi, bukan saja dari Ayahnda sekalian, tapi juga dengan pemimpin-pemimpin sebelumnya, termasuk Pak SBY dengan Ibu Mega, sehingga dapat kami teladani agar kami bersatu dan tak mudah diadu demi kepentingan politik sesaat.

Reformasi telah berjalan hampir 20 tahun. Kami lelah dengan pertikaian, permusuhan dan kebencian yang diperlihatkan sebagian elit bangsa. Kami lelah dengan komentar keras dan kritik yang tidak santun dari pelaku politik bangsa ini. Kami merindukan sosok-sosok seperti Soekarno, Hatta, M. Yamin, Natsir, Sjahrir, HAMKA, Aidit dan lainnya, yang meskipun bersitegang saat rapat namun tetap mesra di depan rakyat.

Kami berharap Ayahnda mengajak semua elemen bangsa untuk bekerja bersama-sama, tidak peduli latar belakang politiknya, kita bangun bangsa ini dengan blue print yang matang, melalui tangan-tangan terbaik anak bangsa.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih..

Kami berharap, Ayahnda akan memastikan terlaksananya sila PERTAMA Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimana setiap warga negara dapat menjalankan ibadah dengan tenang tanpa gangguan. Kami harap Ayahnda juga dapat memperhatikan hak-hak bagi pemeluk Islam seperti standar halal makanan dan ketersediaan tempat ibadah yang nyaman di ruang publik. Kami juga berharap Ayahnda khusus memperhatikan penyelesaian kasus GKI Yasmin dan kasus lain yang serupa agar memperoleh kejelasan status sehingga saudara-saudara kami dapat menunaikan ibadahnya dengan khusyuk.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih...

Kami berharap agar Ayahnda serius memperhatikan wilayah-wilayah perbatasan dan perairan NKRI. Kami tidak ingin ada lagi kapal nelayan yang ditangkap oleh tentara negara lain. Kami ingin nelayan dapat mencari nafkah dengan harga diri tanpa ketakutan. Kami ingin nelayan dimodernisasi dengan teknologi sehingga tidak melakukan kesalahan melanggar perbatasan. Kami ingin tentara kami dibekali persenjataan modern yang mumpuni. Kami mengimpikan NKRI memiliki Kapal Induk dan Kapal Selam buatan sendiri. Kami menginginkan arah industri pertahanan NKRI lebih mendukung dan menyokong kondisi geografis negara yang terkoneksi melalui laut. Kami ingin lihat Pesawat buatan sendiri bisa terbang lagi seperti yang pernah dibuat Pak Habibie.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih...

Kami berharap agar Ayahnda dapat menarik ilmuwan, teknisi, dan peneliti anak bangsa sendiri untuk pulang dan berkarya untuk bangsa. Kami ingin agar anak bangsa penemu teknologi baru, dapat dihargai tinggi. Kami yakin, bukannya tak punya nasionalisme, namun kadang rasa nasionalisme juga harus berhadapan dengan tuntutan kebutuhan hidup mereka. Kami ingin membanggakan mobil buatan anak bangsa. Kami ingin memakai handphone canggih karya bangsa sendiri. Kami ingin punya gedung pencakar langit dan kereta super cepat karya anak bangsa sendiri.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih..

Kami berharap Ayahnda memastikan agar pembangunan dan pendidikan dilaksanakan secara merata. Kami mohon agar tidak Jawa dan Sumatera saja yang terlalu pesat pembangunannya. Kami tau, rekan kami yang di Kalimantan sana harus menjaga hutan sebagai paru-paru dunia, tapi mereka juga membutuhkan infrastruktur transportasi yang layak dan cepat untuk mendukung lancarnya pembangunan. Kami ingin transportasi yang murah ke Wakatobi, Raja Ampat, Derawan, dan daerah wisata lainnya. Kami ingin perantauan di Papua bisa pulang kampung dengan menekan biaya.  Kami ingin tak ada lagi desa dan kota yang mengalami pemadaman listrik bergilir lebih dari sekali dalam sehari.

Kami ingin guru-guru yang berkualitas, yang dibayar tinggi bila mereka sudi berbakti di pelosok negeri. Kami tak ingin ada adik-adik kami yang menjadi gila karena UAN bahkan akhirnya bunuh diri karena ketimpangan standar pendidikan. Bagi kami, UAN memang penting agar Ayahnda tau wilayah-wilayah mana yang pendidikannya butuh perbaikan, tapi kami mohon, jangan jadikan UAN sebagai standar kelulusan. Bagi kami, sekolah punya kemampuan untuk menentukan kelulusan siswa-siswanya melalui penilaian ujian dan sikap kami selama bersekolah.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih..

Kami berharap Ayahnda paham dan mengerti, bahwa untuk mewujudkan kemakmuran negeri ini, membutuhkan sumbangsih dari seluruh elemen bangsa. Bahwa sebagian besar pembiayaan pembangunan bangsa ini didapatkan melalui uang pajak kami dan orang tua kami. Kami berharap Ayahnda memberikan perhatian khusus kepada instansi yang mengumpulkan pajak, agar dapat dipastikan bahwa seluruh warga negara melaksanakan kewajibannya dengan jumlah yang sesuai penghasilannya.  Kami harap Ayahnda memastikan subsidi silang melalui pajak ini dapat tersalurkan kepada yang benar-benar membutuhkan. Kami tak tau apakah kami masih butuh subsidi bahan bakar atau tidak, tapi kami tau, bahwa di India sana, pemerintahnya memberikan subsidi untuk kertas, sehingga biaya pencetakan buku dapat ditekan, dan rakyat dengan mudah mendapatkan buku dengan harga yang murah tanpa mengorbankan hak penulis dengan membeli bajakan.

Kami berharap pajak yang sudah kami bayarkan, dapat Ayahnda pastikan tidak akan dikorupsi. Temukanlah sistem pengadaan yang minim celah kecurangan. Berikan contoh kesederhanaan hidup bagi pejabat-pejabat negara. Sadarkan mereka, bahwa untuk menjadi kaya, bukan di kantor pemerintahan tempatnya, bukan dengan menjadi PNS jalannya. Kami berharap Ayahnda dapat memberi kesejahteraan yang cukup bagi penyelenggara negara, agar mereka dan keluarganya memiliki penghasilan yang dapat menjamin kebutuhan minimal, kesehatan dan pendidikan yang layak. Sehingga mereka tak perlu mencari jalan haram untuk kebutuhan hidup, kecuali karena mereka rakus. Kami berharap penegakan hukum yang tegas kepada semua yang merampok uang pajak kami, baik dari pejabat bawahan Ayahnda maupun dari pengusaha swasta yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih...

Kami berharap Ayahnda memastikan regulasi yang mengatur netralitas media yang bersih dari kepentingan politik. Kami berharap tak ada lagi kekerasan yang terjadi karena biasnya pemberitaan media. Kami ingin sekali, agar pemilik media, bukanlah orang-orang yang memiliki kepentingan politik dan tidak terafiliasi dengan partai politik. Kami yakin, bahkan awak media pun cukup malu dengan membuat pemberitaan yang bertentangan dengan hati nuraninya.

Kami juga ingin penyelenggaraan olahraga yang bebas dari kepentingan politik. Kami ingin Ayahnda berperan penting dalam memajukan prestasi olahraga negeri kita, juga prestasi lain di bidang ekonomi kreatif, iptek, dan budaya. Kami rindu dengan Piala Thomas dan Piala Uber. Kami masih bermimpi Timnas Sepakbola kita lolos ke final Piala Dunia dengan kompetisi yang sehat, bukan karena akan menjadi tuan rumah.

Ayahnda, jika Ayahnda terpilih...

Kami berharap, Ayahnda dapat memprakarsai perubahan arah demokrasi kita yang bebas dari politik uang. Kami sadar bahwa proses demokrasi yang ada sekarang memiliki banyak lubang kelemahan, sehingga dari sebagian wakil kami ada yang terpilih hanya karena modal terkenal atau modal uang besar. Kami ingin wakil-wakil rakyat kami adalah orang-orang yang berkualitas, legislator yang handal, partner Ayahnda yang kritis, dan penyusun anggaran yang teliti.

Ayahnda, jika Ayahnda TIDAK terpilih...

Kami berharap Ayahnda menjadi seorang negarawan yang bijaksana. Kami tak ingin ada statement dari Ayahnda yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekacauan. Ajaklah pendukung Ayahnda untuk menerima hasil pilihan kami dengan damai dan lapang dada. Percayalah Ayahnda, kalau ada yang ingin memerangi kecurangan pemilu, kamilah yang berada di garis paling depan.

Tenang saja Ayahnda, bukan hanya RELAWAN PRABOWO atau RELAWAN JOKOWI yang akan tulus berjuang 9 Juli nanti. Kami pun akan menjadi relawan bagi diri kami sendiri, untuk memperjuangkan hak kami sendiri, dari hal-hal yang membuat hak kami terbelenggu oleh uang dan kepentingan sesaat. Percayalah Ayahnda, dari sebagian kami pun ada yang menjadi panitia pemilihan, yang akan menjaga kebersihan dan kejujuran hasil keringat kami sendiri. Kami yang bukan panitia pun akan menunggui hasil perhitungan hingga diberangkatkan sampai tingkat pusat.

Bahkan kami yakin, rekan-rekan kami yang memilih golput pun akan ikut menjaga agar pilpres ini berjalan bersih, damai dan tertib. Kami percaya bahwa Ayahnda dan pendukung Ayahnda akan menahan diri dari saling menyalahkan, menuding atau menuduh secara sembarangan. Kami percaya, Ayahnda akan dengan lapang dada menerima hasilnya dengan banyak istighfar, introspeksi, dan ikhlas.

Ayahnda, jika Ayahnda TIDAK terpilih...

Kami berharap, Ayahnda tetap dengan tulus berkontribusi bagi Negara dan Bangsa yang sama-sama kita cintai ini. Kami berharap Ayahnda mendukung program-program dari Presiden terpilih sekiranya baik dan tepat untuk rakyat, dan tetap memberikan kritik dengan santun bilamana program-progran tersebut salah dan kurang tepat. Kami berharap Ayahnda menjaga suksesi kepemimpinan ini dengan elegan dan menjadi negarawan yang bijaksana. Kami berharap Ayahnda tetap bekerja, bekerja, dan bekerja, baik sebagai Pemimpin Partai, Ketua Asosiasi, Gubernur, Ketua PMI, Ketua Dewan Masjid, atau tanpa jabatan sekalipun, bagi kemajuan, kedigdayaan, serta harkat martabat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita sama-sama buktikan, bahwa kita adalah bangsa yang besar, dengan para pemimpin yang berhati besar.

Kami semua berdoa untuk kebaikan, kesehatan, dan melimpahnya berkah dari Tuhan Yang Maha Esa kepada Ayahnda Prabowo dan Ayahnda Jokowi. Kami berdoa agar Allah SWT memberikan ketenangan hati dan jiwa bagi Ayahnda sekeluarga.

Ayahnda sekalian , selamat menunaikan ibadah puasa.

Ayahnda Prabowo yang saat ini sedang menggelar tasyakuran buka puasa bersama pendukungnya, selamat berbuka puasa, semoga barokah Allah terlimpah bagi Ayahnda.

Ayahnda Jokowi yang saat ini berangkat umroh bersama sebagian pendukungnya, selamat menjalankan ibadah, titip doa untuk keselamatan seluruh rakyat Indonesia dan kejayaan bangsa. Semoga Ayahnda dan rombongan dapat kembali ke tanah air dengan sehat wal afiat.

Untuk mengakhiri surat ini, izinkan saya menuliskan syair lagu Bang Iwan Fals yang berjudul Doa-doa, yang ikut mengiringi suasana ruangan tempat saya menulis surat ini:

Berjamaah, menyebut Asma Allah
Saling asah, saling asih, saling asuh
Berdoalah, sambil berusaha
Agar hidup jadi tak sia-sia

Badan sehat, jiwa sehat
Hanya itu yang kami mau
Hidup berkah, penuh gairah
Mudah-mudahan Allah setuju

Inilah lagu pujian, nasehat dan pengharapan
Dari hati, yang pernah mati
Kini hidup kembali

Terima kasih. Salam bangga dan hormat ananda.

Terima kasih khusus kepada saudaraku ust Salim A. Fillah dan rekan-rekan lain yang menginspirasi saya dengan terlebih dahulu menulis surat terbuka ini.

Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Sore Tugu Pancoran, Jakarta Selatan 6 Juli 2014

Mahadhir Djuhaini Husain, orang pinggiran.


Sabtu, Februari 08, 2014

Kami Tidak Takut!

Sumber: http://iwanbanaran.com
Untuk kesekian kalinya, saya harus berurusan dengan polisi lalu lintas. Sore tadi, saat berkendara menuju PasFes Kuningan, saya dihentikan oleh petugas. Naik belalang tempur tercinta, melewati jalan Rasuna Said dari arah Mampang. Untuk ke PasFes, saya harus memutar terlebih dahulu di U Turn sebelum fly over Banjir Kanal barat (Latuharhary). Berpuluh meter sebelum putaran, memang sudah saya lihat beberapa bikers yang dihentikan  dan sedang menandatangani surat2 (surat tilang pastinya).
Karena merasa tidak melanggar aturan lalu lintas, saya pun tenang2 saja melintas. SIM: ada, STNK: ada, lampu: Nyala, Spion: Masih dengan pasangan tercintanya.
Dan saya pun terkaget, motor saya dihadang, kemudian disuruhnya menepi. Sekilas terbaca di dada kanan, nama petugas yang menyuruh saya menepi: (Sebut saja) Kampret “S”. Lalu beliau mulai menginterogasi: